Kini, solusi kota pintar tak lagi hanya ada dalam cerita fiksi sains belaka.
Karena negara-negara maju di dunia telah menerapkannya untuk meningkatkan produktivitas, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Implementasi kota pintar bukan lagi menjadi sebuah pilihan, tetapi sebuah keharusan.
Dengan lima elemen kota pintar yang terdiri dari smart people, smart living, smart environment, smart economy, dan smart governance.
Indonesia sudah harus siap menerapkan konsep kota pintar ini untuk masyarakat yang lebih sejahtera.
Internet of Things (IoT) Sebagai Pondasi Utama Kota Pintar.
Salah satu indikator kota pintar yang telah di capai Indonesia adalah automasi transportasi publik terintegrasi bagi warga Jakarta.
Kehadiran Mass Rapid Transportation (MRT) yang di resmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 2019 membuka gerbang Indonesia menuju negara maju dengan transportasi publik
Yang dapat mempermudah akses masyarakat ke ruang-ruang publik, seperti pelayanan pemerintahan hingga kesehatan.
MRT kini telah terhubung dengan moda transportasi Transjakarta dan Kereta Rel Listrik (KRL)
Sehingga dapat dengan mudah di akses melalui petunjuk yang tertera di aplikasi Google Maps.
Hal ini merupakan implementasi Internet of Things (IoT) sebagai pilar utama kota pintar.
Selain terbukti mampu mengurangi kemacetan, transportasi umum juga terbukti mengurangi polusi udara yang di timbulkan akibat penggunaan kendaraan bermotor pribadi.
Data dari Financial Times mengungkapkan, di 2019 jaringan IoT telah terhubung dengan 14,2 miliar perangkat. Sementara itu, menurut hasil survei Gartner, perusahaan riset asal Amerika Serikat, di 2025 mendatang jaringan IoT akan berkembang hingga mencapai 41,6 miliar perangkat.
Transportasi terintegrasi termasuk ke dalam implementasi IoT yang menerapkan sistem pembayaran nontunai (cashless) untuk transaksi yang lebih ramah lingkungan.
Sistem pembayaran transportasi umum yang selama ini kita gunakan telah menggunakan kartu elektronik (e-card), kartu jelajah sekali jalan (one-way trip), atau kartu jelajah multi trip.
Kini, sistem pembayaran menggunakan dompet elektronik yang dapat kita akses melalui aplikasi di smartphone juga telah di terapkan oleh KRL dan MRT Jakarta.
Selain transportasi terintegrasi yang tergolong smart environment dan smart economy.
Untuk menjadi sebuah kota pintar ada beberapa indikator penting lain yang harus di penuhi, salah satunya smart government.
Berdasarkan hasil survei yang di lakukan Waseda University, Indonesia menempati posisi ke-33 di antara negara di dunia yang telah menerapkan e-Government.
Contoh e-Government yang telah bekerja secara efektif adalah sistem Surabaya Smart Windows (SWS) yang telah diterapkan pemerintah Kota Surabaya. Pelayanan seperti Izin Mendirikan Bangunan (IMB),