Artificial Intelligence dan Solidaritas Intelektual-Budaya.
Berbicara tentang sebuah arus utama bernama Revolusi Industri, adalah berbicara tentang suatu sistem dengan pola-polanya. Sistem itu pada pelaksanaannya memiliki pola yang bersifat teratur yang diambil dari pendekatan pemahaman tentang manusia. Walaupun tidak seperti yang di bayangkan karena manusia itu sendiri sudah sangat kompleks. Mirip sistem dalam neokorteks otak manusia yang di wahyukan Sang Maha Segala kepada organ itu untuk dapat mempelajari banyak hal secara umum, maka hal inilah yang dapat di duplikasi ke dalam komputer. Penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) adalah salah satu teknologi inti yang membentuk Revolusi Industri 4.0. AI terus melaju memasuki berbagai sisi kehidupan. AI dengan expert system(sistem pakar), fuzzy logic(logika fuzzy), neural networks(jaringan syaraf tiruan), object-oriented programming(OOP) membuat mesin mempunyai kemampuan mirip kemampuan berpikir manusia. .
Dalam perkembangan global, AI telah berkembang begitu pesat. Di sektor transportasi, AI mewujud dalam kendaraan otonom dengan sistem pengemudi virtual alias penggunaan transportasi tanpa pengemudi. Dalam bidang kesehatan, AI membantu mendiagnosis dan mencegah penyakit beserta wabah sedini mungkin. Bahkan AI melakukan pemantauan kelaparan dalam skala global. Di sektor keamanan, Tantangan AI adalah pada dasarnya adalah soal etika, perlindungan data pribadi, yurisprudensi, dan penerimaan universal. Mengingat tantangan ini, AIGO OECD (2019) telah mengidentifikasi prioritas utama dalam pengembangan AI yang berpusat pada manusia. Pertama, harus berkontribusi pada pertumbuhan dan kesejahteraan yang inklusif dan berkelanjutan. Kedua, harus menghormati nilai-nilai dan keadilan yang berpusat pada manusia
Pengembangan AI dan Guncangan Yang Dapat Terjadi
Pengembangan AI menuntut peran kunci pemerintah. Beberapa di antaranya dengan seperti apa yang disampaikan oleh Porter (OECD, 2019). Pertama, memperhatikan kondisi dari ragam faktor, seperti faktor geografi, ketersediaan tenaga ahli, tingkat pendidikan dan kemampuan penelitian. Kedua, mengidentifikasi kondisi permintaan. Beberapa negara mengidentifikasi sektor-sektor strategis untuk pengembangan AI, terutama transportasi, layanan kesehatan, dan layanan publik. Dalam layanan publik, beberapa pemerintah memastikan bahwa sistem AI memenuhi standar tertentu, misalnya akurasi atau kekokohan (robustness), melalui kebijakan pengadaan publik).